Hhhm. Selamat tengah malam cemans. Tiba tiba terbangun dari mimpi indah saya dimana saya dinobatkan jadi remaja tua kece dan yang ngasih mahkotanya adalah oppa Siwon (ok, just skip it)
Beberapa hari yang lalu saya lagi bikin cerita fiksi gitulah, awalnya sih ngetik di memo di BB. Akhirnya kepikiran, kenapa gak di post aja. Well, ini tulisan seorang pemula asik yang enak diajak shopping sambil ngecengin jadi masih banyak salah sana sini. Just cekidot ya cemans-cemans
Aku tengah
berada di salon untuk mengecat rambutku, saat handphoneku berbunyi. Saat
kulihat rupanya ada BBm masuk dari Lynn, pria asal
Brussel yang sudah menetap di Bandung selama 8 tahun. Aku mengenalnya sudah
hampir lebih dari 5 tahun. "Queen, where are you know ?" Begitu isi BBm dari Lynn. "Aku lagi di salon, lagi ngecat rambut nih",
"Ok, I take you 30 minutes again right", "Ok, thx Lynn ♥ ". Lynn itu teman dekatku, ya bisa
dibilang sebagai "TTMku". Usianya tak terlalu jauh denganku, hanya
beda 2 tahun, yakni 23 tahun. Dia bekerja di salah satu perusahaan komunikasi
di Bandung. Jabatannya lumayan bergengsi, yaitu sebagai Branch Manager cabang
Kepatihan.
Setengah jam
kemudian Lynn datang tepat waktu, namun aku belum selesai. "Lynn just a
minute again, ok" kataku pada Lynn. "No problem", Lynn tampak
sangat tampan siang itu, dengan kemeja warna polos warna biru muda dan celana
jins hitam. Rambutnya yang cepak, tampak mengkilap, sepertinya ia memakai gel
rambut gumamku.
Selesai aku
membayar di kasir Lynn menyodorkan tangannya padaku. Aku sedikit bingung
melihatnya. "Come on let's go, hold my hand", aku tersenyum padanya
dan mengenggam tangannya. Dia pun menyetir mobilnya menuju salah satu pusat
perbelanjaan yang lumayan bergengsi di Bandung. "Would you accompanying me
to search a new clothes ?", "Ok, but you must accompanying me too for
searching heels ok ?" jawabku sambil menyeringai. Lynn membelai-belai
rambutku sambil tersenyum. Tanpa kusadari ternyata tangan kanannya sudah
memegang pinggangku, aku hanya tersenyum melihatnya, dan kubalas memeluk
pinggangnya. Dari jauh kami tampak seperti sepasang kekasih yang sedang dimabuk
cinta.
Lynn
berhenti di depan butik kemeja, ya pusat perbelanjaan yang kami datangi
konsepnya walk in shopping, seperti di Italia. Banyak butik butik level atas
tersebar di kiri kanan jalanan perbelanjaan itu. "Queen, let's get in, I
think we can find good things here". Lynn berjalan menuju hanger yang
disebelah kiri dan mulai mencari kemeja yang diinginkannya. "Do you think
it is nice for me ?" , kepalaku menggeleng melihat kemeja warna merah
maroon dengan kancing putih itu, terlihat sangat kuno bagi seorang Lynn.
"No, that's too weird for you".
Kutarik
tangannya menuju rak yang ada di depan kasir. Yap, akhirnya kutemukan 1 kemeja
tangan pendek warna abu dengan lis hitam di kerah dan lengannya. Sangat cocok
untuk setelan Lynn. "Ok let's search the pant, you're a good chooser
Queen", aku mencubit pinggangnya dan Lynn pun tersenyum genit.
Tapi
ternyata Lynn kurang begitu menyukai model celana di butik itu, akhirnya dia
hanya membeli kemeja abu yang kupilihkan. Kami beralih menuju butik lainnya
yang sekiranya mempunyai model celana yang disukai Lynn. Bagiku jalan berdua
dengan Lynn sangat menyenangkan. Ada perasaan yang aku tak mampu katakan saat
aku menatap wajahnya, saat aku megenggam tangannya, saat aku melihat
senyumannya, bahkan saat dia bengong sekalipun. Itu semua kombinasi yang indah.
Rasanya hidup begitu indah saat aku bersama Lynn.
"Queen,
I think I've found my pant in that shop". Desain bangunan butik itu sangat
lucu, dengan perpaduan warna pink dan peach. Padahal itu toko pakaian pria.
Terkesan lucu bagiku, sangat jauh berbeda dengan kesan pria yang manly.
Arsitektur butik itu sepintas mirip bangunan di Yunani dengan pilar ukirannya.
Mataku tertuju pada rak celana yang berada 6 meter di depanku. Ada satu celana
yang kurasa cocok jika dipakai oleh Lynn. "Lynn sini ! Mungkin celana ini
pas di kamu. Ayo coba dulu". Lynn menuju ke kamar ganti. Dia menutup semua
tirainya, namun sesaat kemudian kepalanya muncul, " You wanna get in with
me ?" ujarnya sambil mengedipkan mata sebelah kirinya. Aku tersipu malu
digoda seperti itu. Kupukul dia dengan handbagku. "Hurry up Lynn, don't
wasting our time". Tak berapa lama, Lynn keluar dan wow ! Lynn tampak
sangat tampan dengan celana itu. Ternyata dia sekalian memakai baju yang tadi
kupilihkan. Sangat cocok dan perfect untuk Lynn. "Amazing ! Kamu ganteng
banget pake itu Lynn. Cocok buat kamu" "Kamu serius ?" tanya
Lynn dengan bahasa Indonesia nya yang masih terdengar aneh. "Yes, I'm
sure". Lynn kembali masuk ke dalam kamar ganti dan keluar langsung menuju
kasir.
"It's
almost 6 pm Lynn, let's find some food ok ?". "It's mean, you
cancelled to visiting your shoes shop ?", "No problem, next time
maybe". Akhirnya kami tiba di salah satu cafe. Lynn memesan Blended
Frapuccino dan Baked Chicken Potato. Aku memesan Black Leaf Noodle dan Lemon
Squah. "Gak pake lama ya mbak" teriakku saat pramusaji itu pergi dari
meja kami.
Saat itu
Bandung sedang gerimis, sehingga cuaca sedikit dingin dan berkabut. Lilin di
meja kami membuat suasana terlihat lebih tentram dan romantis.
"Queen........." ucapan Lynn tiba tiba berhenti dan dia menggenggam
tanganku. Matanya menatap tajam padaku. Bola matanya yang berwarna biru muda
itu menyihirku dengan segala sihirnya, membuatku menatapnya lebih dalam,
tenggelam dalam hangatnya genggaman tangannya. "Queen, I love you".
Pet !
Sejenak aku seperti merasa disambar petir dengan sangat kencang. Lamunanku
buyar seketika saat mendengar 3 kata yang meluncur dari bibirnya. "Uuhm,
sorry I don't hear what you say". Aku pura pura bingung untuk menutupi
kekagetanku. "I Love You", 3 kata itu meluncur lagi dari bibir Lynn
yang merah itu. "Do you hear it now ?"
Jantungku berdegup
kencang sekali. Aku rasa Lynn bisa mendengarnya bahkan. Tapi tanganku masih
menggenggam tangannya dan mataku masih menatap kepada dua bola mata biru itu.
"Queen ? Are you okay ?", "Eh, gapapa kok. I'm fine Lynn".
Aku benar benar terlihat seperti orang bego saat itu. Bingung terdiam dan tak
tahu harus berbicara apa. Kutarik nafasku dalam dalam, "love you too
Lynn". Satu kecupan dari bibir merah itu mendarat tepat di keningku.
Membuatku terasa hangat di dinginnya gerimis kota Bandung.
Tiba tiba
semuanya terasa hening, sunyi. Semuanya begitu damai. Sepertinya aku dapat
mendengar detak jantung Lynn dan begitupun sebaliknya. Pengunjung di kafe itu
pun tak begitu banyak. Hanya terlihat 4 orang anak muda, mungkin mahasiswa
lebih tepatnya di meja bulat di pojokkan sebelah kiri kami dan 2 orang pria
dewasa, di dekat bar minuman. Tak berapa lama, makanan yang kami pesan diantar
oleh pramusaji.
Selama
makan, tak ada satu pun pembicaraan yang terdengar. Yang ada hanya suara sendok
yang bergesekkan dengan piring, suara seruputan Lemon Squah yang kuminum, atau
suara tetes air yang jatuh dari langit. Mungkin Lynn menjadi sedikit canggung
setelah "dialog" tadi. Aku juga jadi tak enak hati sebenarnya. Ingin
kuakui bahwa aku juga mencintainya. Mencintai setiap tetes cinta yang dia
berikan. Mencintai setiap sentuhan yang dia berikan. Mencintai semua yang ada
pada dirinya. Aku nyaman dekat dengannya. Tapi Lynn jadi sedikit dingin
semenjak perbincangan tadi.
Kami kembali
ke mobil dan selama perjalanan menuju apartemenku, Lynn tak bicara banyak.
Hanya jawaban "yes, no, maybe, oh" yang sering keluar darinya. Aku
mencoba mencairkan suasana. Namun diamnya membuat 15 menit kemudian menjadi
hening dan sunyi. Akhirnya kami sampai di apartemenku "selamat malam, thankyou
for today" hanya itu yang diucapkan Lynn. "Ok, bye Lynn". Dia
tak menjawab, dan mobilnya berlalu di depanku dan perlahan menghilang dalam
pekatnya malam.
"Lynn,
are you alright ? Sorry buat tadi sore. Aku gak bermaksud buat begitu Lynn.
Sungguh, aku hanya bingung dan kaget harus apa", aku mengetik kalimat itu
di BBm ku untuk Lynn.
"Trentong
trentong", BBm ku berbunyi "No problem
Queen, I think I've make you shocked. But that's what I feel. I love you. Love
everything on you. I love being close with you. I'm addicted with you,
Queen", aku terdiam membaca BBm dari Lynn.
Lama ku terdiam. Tiba tiba "trentong trentong" BBm lagi dari Lynn "I'm addicted to you".
"Kring
kring kring kring" handphoneku berdering, private number rupanya. "Hallo ?", lamaku menungguku tapi
tak ada jawaban "Maukah kamu jadi Queen di hatiku ?" Suara ini suara yang kukenal, suara
yang aku cintai, Lynn ! Itu Lynn-ku. Aku tau Lynn tak akan dingin padaku.
"Ya, you'll be the King my heart Lynn" "Oh thankyou Queen. I
love you" "Love you too Lynn"
***********************
"Trentong
trentong" BBm ku berbunyi. Ah dari Lynn
rupanya "Good morning my Queen", kulirik jam weker pinokioku,
ternyata sudah jam 8. Ah Lynn memang sering mem- BBm ku tiap
pagi. Namu ввм nya pagi ini terasa beda. Karena mulai hari ini itu adalah Bmm dari kekasihku, James Lynn.
Hari minggu
yang cerah ini, Lynn mengajakku untuk keluar. Well, this is my fisrt date kali
yah gumamku. Karena hari ini hari yang special, aku juga sengaja memakai
pakaian yang lebih special dari biasanya. Dress diatas lutut model vintage
warna krem dengan renda di bagian pinggang, sepatu wedges warna coklat tua
dengan aksesoris bulu bulu dan permata. Membuatku terlihat cantik dan seksi
bukan. Tak lupa kupakai parfum andalanku dari HappyHeart dari Clinique. Dan ini
yang tak boleh ketinggalan. Jam tangan kulit warna putih dengan permata hadiah
dari Lynn untuk ulang tahunku yang ke 21 bulan lalu. Aku menyambar shoulder bag
hitamku yang diatas kasur karena jamku sudah menunjukkan hampir pukul 10.
Aku menunggu
di lobby apartemenku. 10 menit kemudian kekasihku yang tampan, Lynn datang
menyambangiku. Dia terlihat sangat tampan dan berseri hari ini. Dengan kaos
putih bertuliskan "I ♥ the girl
who beside me now" dan bermuda pants warna krem tua. Tulisan di bajunya
itu membuatku tersenyum malu. Tanpa menunggu lama, Lynn menarik tanganku menuju
mobilnya yang diparkir di parkiran apartemen.
Didalam
mobil, Lynn tumben sekali memutar lagu. Biasanya ia jarang sekali memutar lagu dalam
mobil. Saat itu lagu yang tengah diputar adalah lagu dari Michael Bolton - When
A Man Loves A Woman. Hari itu Lynn terlihat sangat berbeda. Dia jadi lebih
lembut dan perhatian.
Lynn
ternyata mengajakku ke kedai es krim di daerah Braga. Perhatiannya yang
menurutku terlalu berlebihan itu membuatku serasa diagungkan dalam hatinya.
Entah kenapa aku merasa sangat takut kehilangannya. Kami memesan Strawberry
Cream cake. Suasana di kedai ini sangat nyaman. Kedai ini sudah berusia hampir
60tahun. Semuanya masih terasa seperti 60tahun yang lalu. Meja dan kursinya,
etalasenya, bahkan perabotan makannya pun masih yang aslinya.
Akhirnya
cake yang kami pesan diantar oleh pramusajinya. Hm, rasanya tak rela untuk
memakannya. Bentuknya yang lucu dengan potongan strawberry yang dibentuk
menjadi hati, sungguh indah. Namun kue itu tak bertahan lama, akhirnya Lynn
memotong kue itu dan menyuapinya padaku. Ehm, walaupun kue itu tak manis, jika
aku makan sambil menatap Lynn, menatap kedua mata birunya tanpa gula pun kue ini
akan terasa manis. Kami sangat romantis hari itu. Minum dari satu gelas yang
sama. Hari ini hari terindah yang pernah kulalui bersama Lynn.
Dari kedai
es krim di Braga, kami melanjutkan perjalanan menuju ke Tangkuban Parahu.
Perjalanannya cukup lama memang. Menurut legenda, gunung ini merupakan bukti
cinta seorang anak yang jatuh hati pada ibunya sendiri. Ketika kami sampai
disana, pengunjung yang datang tak begitu banyak. Mungkin bukan musim liburan
jadi tak begitu ramai. Hawanya cukup dingin disana. Angin yang berhembus cukup
kencang. "Tau gitu tadi aku jaket deh" gumamku. Tiba tiba kurasakan
Lynn memelukku perutku dari belakang. Sepertinya dia bisa membaca pikiranku.
Sungguh hangat, aku bisa merasakan detak jantungnya di punggungku. Kami terdiam
cukup lama di depan mobil.
Ya selama
perjalanan, Lynn dengan setia tetap memelukku dari belakang. Menghangatkanku
dengan setiap cintanya. Kami menyusuri sepinggir kawah. "Lynn, ayo kesana.
Ada toko oleh oleh". Aah mataku tertuju pada satu topi lebar warna pink
dengan pita zebra yang dipajang di toko itu. Lynn yang melihatku, langsung
mengambil topi itu dan memasangkannya padaku. "Cekrek cekrek" rupanya
dia memotretku secara candid dengan DSLR yang sedari tadi menggantung di
bahunya. Aku mengambil syal garis garis warna coklat putih dan melilitkan ke
lehernya. "Ayo foto Lynn" "Cekrek cekrek". Ya kami berfoto
ria selama disana. Mengabadikan keindahan alam Tangkuban Parahu dan juga
mengabadikan memori manis kami.
Langit
nampak kian gelap. Sepertinya akan turun hujan. "Lynn, udah mendung nih.
Yuk jalan lagi, lagian udah jam lima nih". Selama perjalanan Lynn banyak
bercerita tentang keluarganya yang di Kanada. "Are you hungry ?"
"Uhm just little bit". "So where you want to go now ?"
"Ehm, kemaren kan aku gajadi nyari sepatu, gimana kalo sekarang kita cari
sepatu buat aku ? Gapapa kan ?" Lynn hanya menggangguk. Dia memacu
mobilnya menuju ke pusat perbelanjaan yang kemarin kami sambangi.
Sesampainya
disana aku langsung menuju ke butik sepatu langgananku. Hm, wanita mana yang
tak meleleh melihat begitu banyak sepatu sepatu cantik bertaburan di depan
matanya. Mataku langsung tertuju pada salah satu clog dengan model peep toe .
Sepatu clog memang sedang ngetrend sekarang. Haknya setinggi 6cm. Dengan warna
merah maroon dan tambahan pita di depannya. Sungguh cantik. "Lynn, sini
dulu. Aku cocok gak pake ini ?" "Ya, it look nice for you".
Namun petualangan mataku tak berhenti disana. Mataku menemukan sepasang flat
shoes warna biru tua dengan lis renda di tepiannya. Simpel tapi cantik. Ok,
akhirnya kuputuskan membeli kedua sepatu itu sekaligus. Mahal memang, tapi
karena aku suka modelnya jadi tak apalah. "Thankyou ya honey udah
nungguin" "Ok, kamu sudah laper sekarang ? It almost 7 pm now"
"Yaudah ayo cari makan"
Mobil kami
pun berhenti di salah satu nasi goreng di pinggir jalan Ahmad Yani. Walaupun
tempatnya hanya di pinggir jalan seperti ini, namun tetap romantis bagiku. Tak
harus di restoran mewah dengan candle light dinner. Begini saja pun cukup. Asal
dengan Lynn. Ya, dengan James Lynn. Lelaki di istana hatiku.
Selesai
makan, Lynn mengantarku pulang ke apartemen. "Thank you Lynn. I'm so happy
for today" "Ok, me too. Today will be the best day for me".
"See you again Queen, bye" "Bye Lynn"
Seperginya
Lynn, aku langsung menuju ke kamar mandi untuk segera membilas tubuh. Rasa
kantuk yang teramat, membuatku langsung tidur setelah mandi.
Pagi-pagi
sekitar jam 10-an handphoneku berdering. "Siapa yah pagi pagi gini nelpon
?", kuangkat teleponnya namun lama kutunggu tapi tak ada jawaban. Tiba
tiba terdengar suara dengan nada tinggi "Hallo ?! Anda temannya Pak Lynn
?! Sekarang cepat ke RS Imanuel, pak Lynn mengalami kecelakaan !" Tiba
tiba handphone meluncur turun dari genggamanku. Tangisku meledak seketika. Teriakkanku menggema diseluruh kamarku.
Kuambil
kunci mobilku dan segera kupacu mobilku menuju RS tersebut. Selama perjalanan,
pikiran semakin tak karuan. Berbagai perasaan berkecamuk di hatiku. Takut,
sedih, khawatir semuanya bercampur. Tangisku semakin parah. "Tuhan, kenapa
begitu cepat kau hancurkan kebahagiaanku ! Kami baru saja bersama selama 2
hari. Masih panjang waktu yang ingin kami lalui. Masih banyak impian yang belum
selesai kami rajut" teriakanku kepada Tuhan nampaknya sia sia. Kedua
mataku sudah basah oleh airmataku.
Akhirnya aku
sampai di RS yang dimaksud. Penampilanku sudah seperti orang gila. Yang
kupikirkan hanya Lynn ! Hanya Lynn seorang. Sambil menangis kuhampiri
resepsionis di meja tamu itu"Mbak pasien kecelakaan yang barusan masuk
sekarang dimana ?! Saya mau ketemu mbak !" "Yang mana mbak ? Disini
banyak pasien yang mengalami kecelakaan". Karena susah mengatakannya, aku
putuskan untuk mencari sendiri dari satu ruang ke satu ruang. Feelingku membawa
langkah kakiku menuju ruangan Unit Gawat Darurat. Aku merasa Lynn ada di ruang
itu. Namun hatiku tak tega untuk mengintip ke dalam jendela itu. Langkah kaki
berhenti 5 langkah di depan jendela itu.
Kakiku
bergerak dengan sendirinya menghampiri jendela ruang UGD itu. Jantung berdetak
kencang. Aku takut melihat hal yang aku takuti. Tinggal selangkah lagi.
Jantungku berdebar kian kencang. Glek, hatiku begitu tertohok melihat sesosok
manusia dengan kepala di perban, hidungnya dimasuki selang. Tangannya penuh
lecet dan masih berdarah.
Tangisku
meledak lagi di depan jendela. Kaki begitu lemas tak kuasa menahan beban
tubuhku. Tiba tiba kurasakan cairan dingin menetes dari hidungku dan menetes ke
telapak tanganku. Rupanya itu darah. Dan tiba tiba kurasakan tubuhku begitu
ringan dan gelap semuanya. Aku pingsan di depan jendela......
Lynn !! Lynn
! Aku terbangun dan langsung meneriakkan namanya. "Tenang mbak, mbak tidak
boleh terlalu cape dulu. Nanti mbak bisa pingsan lagi" terlihat seorang
bapak bapak berusia sekitar 50an
berusaha menenangkan diriku. "Bapak ini siapa ?", "Saya
yang tadi menelpon mbak kesini. Saya pembantu pak Lynn. Saya sudah bekerja
semenjak pertama kali pak Lynn menetap di Bandung. Nama saya Ridwan"
ujarnya seraya mengajakku bersalaman. "Nama saya Queensha Filiyani, saya
pacarnya Lynn. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Lynn, pak ? Kenapa bisa
terjadi ?" Airmataku kembali membasahi mataku.
"Pak
Lynn tadi pagi berniat untuk memperpanjang visa tinggalnya disini. Namun ketika
di belokkan, mobil Pak Lynn ditabrak oleh truk pengangkut motor. Mobilnya
terseret sejauh 8 meter. Dengan bagian kaca depan hancur semua. Kepala Pak Lynn
terbentur kencang ke kaca yang di depannya. Pak Lynn langsung tak sadarkan diri
seketika. Makanya saya cari nomer terakhir yang dia telfon di
handphonenya." Hatiku semakin hancur mendengar penuturan dari Pak Ridwan.
"Sekarang kondisinya koma. Di kepalanya terjadi pembekuan darah,
menyebabkan penyumbatan darah yang mengalir. Kemungkinan untuk selamat hanya
50%". Sontak aku langsung syok mendengar kata "50%" itu keluar dari
mulut Pak Ridwan.
Aku masuk ke
dalam ruangan dimana Lynn berada. Dia masih tak sadarkan diri. Bibirnya begitu
pucat. Semua cahaya cinta yang biasanya kulihat, sekarang hilang entah kemana.
Kupeluk tubuhnya, kuguncang - guncang tubuhnya sambil meneriakki namanya.
Airmataku menetes ke dadanya. Lynn-ku tak menjawab teriakkanku. Dia tetap
tertidur. "Bangun Lynn !! Bangun !! Jangan gini dong ! Aku disini !
Disamping kamu !! Jangan tidur terus ! Please Lynn !" Nampaknya Lynn tetap
terbujur kaku. Tak menghiraukan aku yang berteriak disampingnya. "Tuhan,
bangunkan Lynn dari mimpinya Tuhan. Jangan biarkan dia tertidur terlalu lama.
Aku disini masih menunggu dia untuk bangun."
**********************
Seminggu
sudah berlalu namun Lynn masih tak bangun bangun. Setiap hari aku menungguinya
di RS. Aku minta cuti sementara dari kerjaku. Sampai suatu hari, mesin
cardiograph di samping kasurnya mendadak mengeluarkan suara yang entah aku pun
tak mengerti. Segera kukeluar dan kupanggil siapapun dokter yang ada disitu.
"Mbak, mbak tunggu diluar dulu. Biar kami disini yang menanganinya"
"Tidak ! Aku mau ikut menemani Lynn. Tolong jangan suruh aku keluar
mbak.", "Maaf mbak, itu sudah aturannya. Kami mohon mbak untuk
keluar". Kemudian tampak seseorang menarikku keluar secara paksa. Pak
Ridwan rupanya yang menarikku. "Bapak ngapain narik narik saya keluar !
Saya kan mau sama Lynn didalam sana ! Bapak gausah ikut campur urusan saya
!" Aku membentak sejadi jadinya pada Pak Ridwan. "Mbak harus ngerti,
Pak Lynn juga tidak mau mbak seperti itu terus terusan. Biarkan para ahlinya
menanganinya. Yang bisa mbak lakukan disini hanya berdoa. Berdoa pada
Tuhan"
3 jam
kemudian, dokter yang menangani Lynn keluar dari ruangan tersebut. "Dokter
bagaimana keadaannya ? Baik baik saja kan ?" Gelagatku sudah seperti orang
gila, aku menguncang-guncang tubuh Dokter itu. Lalu berjongkong depan pintu
dimana Lynn masih terbaring diam disitu. "Lynn sedang dalam kondisi sangat
kritis sekarang. Jika dalam waktu 2 hari Lynn tak sadarkan diri,
berarti......." Dokter itu tak melanjutkan perkataannya tapi hanya
mengangguk saja. "Tidak Dok ! Lynn tak boleh secepat itu meninggalkan aku
! Waktu kami masih panjang !" "Kami sudah berusaha sebaik mungkin
nona, sekarang peran Tuhan yang berjalan. Kami tak bisa apa-apa lagi. Sebaiknya
nona berdoa" "Berdoa katamu ?! Aku selalu berdoa semenjak peristiwa
ini dimulai ! Tapi apa yang kudapat ?! Lynn tetap tertidur disana ?! Tak bangun
bangun ?!" Aku menunjuk dada Dokter itu berkali kali. Aku sepertinya sudah
kehilangan akal sehatku. Aku meronta sekuat sekuatnya saat Pak Ridwan
memegangku. "Sabar mbak. Ini bukan salah Dokter. Mereka juga sudah
berusaha sebaik-baik mungkin. Sekarang semua kita serahkan kembali kepada
Tuhan"
Malam itu,
aku sengaja tidur di RS untuk menemani Lynn. Kebetulan kasurnya cukup besar,
aku tak mau sedetikpun melepaskan pelukanku dari Lynn. Aku bisa membaca raut
wajah Lynn, sepertinya ia juga kesakitan dalam tidurnya itu. Tak kuasa,
airmataku kembali menetes. Aku tak sanggup melihat Lynn seperti itu. Sekujur
tubuhnya dipenuhi bekas bekas pengobatan. Tak ada lagi senyuman manis dari
bibir yang biasa aku lihat. Tanganku memeluk Lynn. Aku ingin dekat dengan Lynn.
Aku tak mau menyia-nyiakan saat saat terakhirku dengan Lynn jika memang ini
akan segera berakhir. Walaupun mataku terpejam, tapi sebenarnya aku sama sekali
tak bisa tidur.
Pagi
harinya, aku sudah bangun pagi pagi sekali. Kusiapkan sarapan bagi Lynn. Bubur
dan teh manis. Kembali menetes airmataku saat ingin menyuapi Lynn, dia tak
berkutik sama sekali. Membuka mulutnya pun tak mampu. Aku benar benar sudah
kehilangan akal sehat. Aku menganggap Lynn baik - baik saja. "Sadar Queen
! Lynn tuh lagi koma !" Aku berteriak pada diriku sendiri. Aku memukul
kepalaku sendiri. Aku mendaratkan sebuah ciumanku ke kening Lynn. Kemudian
semua terasa begitu sunyi. Semua memori manisku bersama Lynn tiba tiba seperti
terputar ulang dan semua tiba tiba berhenti. Lynn yang sekarang tak sama dengan
Lynn yang terekam di memoryku. Dia begitu rapuh sekarang. Tak kekar dan kokoh
seperti dulu lagi. Seharian itu kegiatan tak lebih dari hanya duduk disamping
tempat tidur Lynn. Hingga malamnya aku hanya duduk di samping Lynn. Sambil
sesekali menyeka keringat di wajahnya.
Hari ini
adalah hari penentuan bagi Lynn. Jika Lynn tetap tak sadarkan diri hari ini,
semuanya akan berakhir. Dia tak mungkin hidup lagi. Aku tak henti-hentinya
memanjatkan doa agar Lynn bisa membuka matanya lagi, atau sekedar menggerakkan
jarinya. Kubisikkan doa doa di telinganya. Agar dia bisa tetap dekat dengan
Tuhan. Sampai ketika mesin cardiographnya kembali berbunyi. Saat itu waktu
menunjukkan pukul 11 pagi. Dokter dan tim-nya rupanya kali ini sudah
bersiap-siap jikalau terjadi sesuatu. Semua peralatan medis, mereka bawa ke
dalam. Kali ini aku sudah pasrah. Aku hanya menurut saja saat mereka menyuruhku
untuk menunggu diluar. Pak Ridwan yang sedari kemarin malam ikut menemaniku,
kembali menguatkanku diluar. "Yang tabah mbak. Semoga dokter dokter itu
bisa mengembalikan Pak Lynn seperti dulu". Waktu berjalan sangat lama. Rasanya
jarum detik tak bergerak maju. Semuanya serasa berhenti. Dokter yang di dalam
tak kunjung keluar, padahal sekarang sudah jam 6 sore. Itu berarti sudah 7 jam
mereka berusaha di dalam. Tepat pukul 8 malam, Dokter ketua yang menangani Lynn
semenjak awal, keluar dari ruangan dan melepas maskernya.
"Dok
?" Belum apa apa mataku sudah kembali menangis. "Dok ayo bicara
!" "Nona, semua sudah berakhir. Kami telah berusaha semampu kami.
Namun Tuhan nampaknya lebih sayang dengan Tuan Lynn". "Jadi maksud
Dokter... Lynn ??" "Maaf nona, kami sudah maksimal. Tapi ternyata
jalannya harus begini" "LYNN !!!" Segera kuberlari ke dalam.
Disana ada sesosok mahluk yang ditutupi kain putih. Jemariku bergetar saat
berusaha menggapai kain yang menutupinya. Tanganku yang sebelah lagi menutupi
mulutku. Perlahan kubuka kain itu, dan terbujur kaku disana, seorang pria yang
telah mencuri hatiku. Tubuhnya begitu dingin. Kehangatan yang biasa kutemui
dalam setiap jengal tubuhnya, sekarang entah sudah menguap kemana. Sama sekali
tak ada gerakkan dari tubuhnya.
"LYNN,
KENAPA KAMU TEGA TINGGALIN AKU ?! INI BOHONGAN KAN LYNN ?!! AKU TAU KAMU DENGAR
AKU NGOMONG !! BANGUN DONG LYNN !! LYNN !" Dia sama sekali tak bereaksi
terhadap teriakanku. Kupukul pukul badannya, namun tetap nihil. Tak ada apapun yang
terjadi. "LYNN !!!!" Teriakkanku membawa Pak Ridwan datang
menghampiriku dan memelukku. "Sudah mbak, ini sudah jalannya. Tuhan sayang
sama Pak Lynn, jadi Tuhan ambil dia untuk menghuni istananya. Lebih baik mbak
relakan Pak Lynn. Jangan begini terus. Pak Lynn pasti sedih melihat mbak
begitu" aku terduduk di lantai dan menangis dalam pelukan Pak Ridwan.
Hanya tangisan yang keluar dari mulutku, tak ada kata kata apapun. Aku bangkit
dan kembali memeluk Lynn sudah tak bernyawa. "Lynn aku sayang sama kamu. Cinta
kita bakal kekal. Kamu bawa cinta kita ke alam abadi". Tak ada lagi
airmataku yang keluar. Mungkin sudah kering karena terlalu sering aku menangis.
Kukecup Lynn untuk terakhir kalinya. Kecupan yang akan dibawa Lynn ke alam
baka.
Karena Lynn
orang Kanada, tradisi disana jika ada yang meninggal, jenazah akan di kremasi
dan abunya ditaburkan di daerah asal. Hatiku dilema membayangkan jasad Lynn di
kremasi. Aku semakin tak tega. Tapi harus bagaimana lagi. Itu sudah tradisinya.
Mau tak mau aku harus rela untuk prosesi kremasi itu.
Prosesi
kremasi Lynn hanya dihadiri oleh teman teman dekatnya. Karena Lynn tak memiliki
family disini. Dan tak ada yang punya nomer telepon keluarga Lynn di Kanada.
Lancang memang, melaksanakan kremasi ini tanpa memberitahu keluarganya terlebih
dahulu. Tapi tak mungkin kan, jasad Lynn kami simpan hingga kami menemukan
keluarga Lynn di Kanada.
Saat jasad
Lynn dimasukkan kedalam tungku pembakaran, separuh jiwaku tak rela Lynn pergi
begitu cepat. Aku lari dari kursiku menuju ke peti kemas Lynn. Kutatap wajah
Lynn untuk terakhir kalinya. Kupeluk raganya yang tak bernyawa lagi untuk
terakhir kalinya. Saat petinya dimasukkan ke dalam tungku, aku menjerit dan
meronta. Seakan sebagian dari tubuhku ikut terenggut. Teman-temannya mencoba menenangkanku.
Mencoba mendiamkanku yang meronta ronta di dalam situ.
2 jam
lamanya kami semua menunggu kremasi itu selesai. Abu jasad Lynn ditaruh di
dalam pot. Pastor kremasi memberikan abu jasad Lynn kepadaku. Didalam pot itu,
tersimpan seluruh raga seorang pria yang menjadi raja di hatiku. Semua memori
manis kami tersimpan erat dalam pot itu.
*************************
Sekarang,
aku pindah sudah berada di Bruges, salah satu kota di Brussel. Kota yang kuno
namun sangat romantis. Sudah 2 minggu lamanya aku disini. Suasana kotanya yang
hangat, romantis, membuatku enggan cepat cepat melangkahkan kakiku kembali ke
Indonesia. Aku datang kesini karena ada tugas dari kantorku. Ini sudah 2 tahun
berlalu semenjak kematian Lynn. Kepergiannya sempat membuatku depresi berat
selama kurang lebih setahun. Kehidupanku jadi berantakkan. Sampai - sampai
temanku mengajakku ke psikologi untuk mengobatiku. Akhirmya aku sadar, aku
harus melanjutkan hidupku. Hidupku tak boleh berhenti disini. Aku harus bangkit
untuk Lynn. Lynn disana pasti tersenyum padaku. Dia selalu hadir disetiap
hariku. Tetap menjadi penyemangatku.
Sebagaimana
pun aku mencoba tabah, namun hati kecilku masih saja teringat dengan semuanya
tentang Lynn. Bola matanya yang berwarna biru, rambutnya. Hm, sudahlah.
Bagaimana pun aku tak akan bisa melupakan semua kenanganku bersama Lynn. Namun
aku harus tetap meneruskan hidupku. Kedatanganku kesini sekaligus untuk
menaburkan abu jasad Lynn. Aku pikir Lynn akan lebih tenang jika ia dibawa
pulang ke kampung halamannya. Rupanya keluarga Lynn sudah pindah dari Bruges.
Tidak ada yang tahu kenapa. Niatnya, aku ingin mengembalikan abunya kepada
keluarga disini. Namun keluarganya entah berada dimana sekarang. Akhirnya
kuputuskan menabur abu Lynn di pantai di kota Bruges. Kutaburkan di sisi bibir
pantai. Semoga ombak membawanya pergi dengan damai. Membawa pergi semua memory
manis kami, membuat pergi cinta suci kami. Semoga kau tenang disana Lynn.
Tunggu aku di sana. Aku yakin, bila tiba saatnya, aku akan menemui di istana Tuhan.
Dimana cinta kita kan tetap bersemi. Lynn, you'll always be my king, and I'll
always be your queen.
***************************
No comments:
Post a Comment